genteng sokka |
Sukses Pasarkan Genteng Sokka hingga Kalimantan dan Sumatera Industri genteng membuatkesejahteraan warga Kebumenmeningkat. Salah satu pengusahayang menangguk untung daiigenteng Sokka yakni Agus Ponco Subekti (48), pemilik MS Sokka. Dia berhasil memasarkan produkkebanggan Kebumen itu keberbagai wilayah di luar Jawa.ROHMAN, Pejagoan
GENTENG Sokka menjadi salah satu ikon Kabupaten Kebumen. Selama puluhan tahun genteng itu menjadi sumber penghidupan ribuan masyarakat Kebumen. Banyak pula pengusaha yang sukses dari industri rakyat itu. Salah satunya H Agus Subekti Ponco (48), pemilik MS Sokka dan Agung Pratama. MS sendiri akronim dari Maju Sejahtera. Berkat keuletannya. Agus berhasil mengangkat genteng sokka itu menjadi genteng dengan segmen menengah keatas.
Agus menggeluti usaha pembuatan genteng Sokka sejak 1992. Ayah empat anak itu mengaku merintis bisnis genteng dari nol. Ayahnya, Abu Syaroni juga seorang pengusaha genteng, namun bangkrut.
Sebelumnya Agus hanya seorang sopir proyek. Dia lalu banting stir menekuni usaha genteng. "Awalnya saya tidak tahu menahu masalah genteng, karena memang tidak pernah urusan dengan usaha bapak saya," kata pria asli Kebumen ini.
Namun berkat kegigihannya. Agus mampu menjalin kemitraan dengan perajin-perajin kecil di daerah Kebulusan. Sru-weng dan sekitarnya. Total perajin yang bermitra dengannya sekarang 90 perajin.
Genteng yang diproduksinya ada 10 jenis. Diantaranya genteng Palenthong, genteng Kodok, Morando, dan Morando Glazur. Jenis palenthong yang paling banyak dipakai masyarakat umum. Genteng yang lebih bagus lagi jenis Kodok, Morando dan Glazur dipakai menengah keatas. Stok terbanyak saat ini jenis palenthong sampai I juta buah. Untuk genteng jenis Morando dan Morando
Glazur justru kehabisan stok. "Permintaan kurang terus. Order sampai satu Jnilan kedepan sudah penuh." ujar Agus.
Usaha Agus berkembang pesat. Kini dia menguasai pasaran di Jateng dan D1J. Bahkan sampai ke Kalimantan dan Sumatera. "Usaha apapun kalau ditekuni pasti bisa menghasilkan. Dan satu hal yang jangan sampai terlupakan perbanyak infaq dan shodaqoh untuk yatim piatu, fakir miskin dan kaum dhuafa," kata pria yang rajin puasa Daud ini.
Agus mengakui, keuntungan dari genteng sekarang sangat tipis. Jauh sekali dibanding sebelum 2001. "Saat ini biayaproduksi sangat besar, keuntungannya makin tipis. Yang penting tetap bisa berjalan," ujar Agus saat ditemui di rumahnya Jl Raya Kebulusan 11 KM3 Sokka.
Terlebih saat kenaikan harga BBM seperti sekarang. Biaya produksi genteng khususnya transportasi membengkak. Harga gentengpun harus dinaikkan. Rata-rata harganya sekarang naik 12-18 persen.
Genteng press plenthong misalnya dari Rp 625/biji naik menjadi Rp 750/biji. Genteng Kodok dari Rp 750/biji menjadi berkisar Rp 750-800/biji. Morando yang semula Rp 1275/biji menjadi Rp 1300/biji dan Morando Glazur naik menjadi Rp 3400/ biji dari harga semula Rp 3000/biji. "Harga itu harga dibawah. Artinya belum termasuk ongkos transportasi," ujarnya.
Setiap bulan rata-rata Agus memproduksi 1,5 juta biji genteng yang dipasarkan ke scjumah wilayah di Jateng dan D1J dan luar Jawa. Saat ini setidaknya terdapat 40 agen yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota.
Pengusaha yang malang melintang selama 16 tahun d.alam bisnis genteng itu cukup prihatin dengan para perajin yang asal jual barang. Padahal itu salah satu faktor penyebab rendahnya harga genteng. Rata-rata mereka merupakan perajin kecil yang kesulitan modal dan membutuhkan uang. Karena desakan kebutuhan, dengan harga rendah pun mereka mau melepaskan.
"Sulit untuk mengendalikan harga genteng, karena perajin masih melangkah sendiri-sendiri," katanya. (*)