Kebanyakan perokok selalu menyatakan ingin berhenti dari kebiasaan ini. Namun banyak.dari mereka yang hanya mampu melakukannya setengah-setengah. Adakah cara yang tepat untuk melakukannya?
Semua orang pasti sudah menyadari soal bahaya merokok. Kalangan medis dan masyarakat tidak henti-hentinya menyampaikan informasi ini kepada generasi muda khususnya dan masyarakat luas pada umumnya bahwa asap rokok sangat mengganggu aktivitas paru-paru. Dan jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, merokok bisa menyebabkan berbagai penyakit mematikan.
Menyadari kemungkinan timbulnya penyakit, seperti kanker paru-paru, sebenarnya banyak perokok yang sangat ingin menghentikan kebiasaan mereka. Namun sebagian besar dari mereka mengaku sangat sulit untuk memulai.
Berdasarkan data medis, ada sekitar 70 persen perokok yang ingin berhenti namun hanya 5-10 persen perokok yang berhasil melakukannya tanpa bantuan. Secara psikologis, upaya berhenti merokok menjadi sulit karena adanya pengaruh lingkungan sosial, kebiasaan mengonsumsi rokok, dan pengaruh teman.
Untuk membantu keinginan para perokok ini, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, telah membuka Klinik Berhenti Merokok yang mengakomoodasi upaya para perokok aktif menghentikan kebiasaannya.Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan memberikan layanan kegiatan terapi yang dibagi menjadi beberapa sesi, tiga kali sesi konseling individu, dua kali sharing session, dan evaluasi keinginan merokok kembali.
Konseling individu berisi konsultasi dengan ahli paru-paru atau dokter umum mengenai kendala atau tantangan, efek samping obat, dan gejala putus nikotin seperti perasaan cemas, marah-marah, sakit kepala, nafsu makan meningkat, keinginan merokok yang tidak tertahankan, serta cara mengatasinya. Selain itu, ada pula kesempatan untuk konsultasi psikologis dengan dokter spesialis kejiwaan dan pemberian terapi farmakologis.
Dalam sesi sharing, peserta dapat berbagi pengalaman selama mengikuti program upaya berhenti merokok. Dan melalui sesi terakhir, yang tidak kalah penting adalah evaluasi untuk relaps (keinginan untuk merokok kembali) yang dilakukan selama 6 bulan setelah program terapi selesai.Bentuk dukungan psikologis yang bisa diberikan kepada perokok yang ingin menghentikan kebiasaannya adalah dengan memberi terapi berupa konseling, peningkatan motivasi, terapi kognitif, dan perilaku. Semua tahapan terapi ini diberikan oleh spesialis kejiwaan RSUP Persahabatan Tribowo Ginting.
Untuk meningkatkan motivasi pasien, dokter yang biasa dipanggil Bowo ini menerapkan beberapa cara. Pertama, menunjukkan empati dengan cara menghargai keputusan pasien. Kemudian membangkitkan kewaspadaan pasien terhadap adanya konsekuensi dan dampak negatif merokok.Pada prinsipnya, Bowo bahwa usaha membantu perokok untuk mengurangi kebiasaannya bisa dilakukan oleh siapa saja yang mampu memberi motivasi kepada para perokok. "Sebaiknya terapis mencari suatu strategi lain untuk membantu pasien melihat secara akurat konsekuensi-konsekuensi dan dampak negatif yang terjadi akibat merokok," ujarnya.
Tahap selanjutnya, terapis perlu menggeser persepsi pasien dalam proses terapi. Pasien ditawarkan cara berpikir dan cara pandang altematif. Pasien juga membutuhkan dukungan keyakinan dari seseorang, bisa dari kalangan keluarga untuk mengubah kebiasaan menggunakan napza, sehingga mengurangi problem yang diakibatkannya.
Menurut Bowo, ada 5R yang harus didiskusikan pada tahap terapi. Pertama adalah Relevance, yaitujnendiskusikan dampak rokok, bukan hanya pada kesehatan diri sendiri tetapi juga pada keluarga sebagai perokok pasif. mendiskusikan dampak-dampak negatif dari rokok, "(angan lupa mengiming-imingi pasien dengan Rewards, keuntungan dari berhenti merokok, baik dari segi kesehatan maupun finansial,1 ujar Bowo lagi.
Kemudian ada Roadblocks, yaitu sesi berupa pertanyaan yang dilemparkan kepada perokok tentang tantangan yang dihadapinya saat berupaya menghentikan kebiasaannya. Selanjutnya, Repetition adalah memberikan perhatian dan menanyakan status serta keluhan dari pasien secara terus-menerus.Selama proses konseling, klien disarankan secara aktif mengambil langkah-langkah serius untuk perubahan. Langkah-langkah ini dilakukan antara lain dengan melatih mengurangi rokok dan tidak berhenti berusaha untuk meminimalisasinya. Sebagai terapis, Bowo mengakui adanya kesulitan-kesulitan yang dialami klien pada fase awal perubahan, seperti penolakan klien, keraguan, dan ketakutan pada efek samping. Untuk hal-hal seperti ini, Bowo biasanya akan
mencoba menekan pasien untuk bertahan pada proses recovery dan memberikan aktivitas alternatif, seperti kursus sederhana atau berolah raga. Selain itu. Bowo juga berusaha membantu klien mengidentifikasi situasi-situasi berisiko tinggi melalui analisis dalam kehidupan sehari-hari.
Gejala Putus Rokok
Perubahan selama berhenti merokok bukanlah hal yang nyaman buat kebanyakan pasien. Mereka mengaku mengalami masa tidak nyaman ketika berhenti rokok. Hal ini terutama disebabkan oleh efek withd rawal atau putus nikotin. Ini terjadi karena reseptor nikotin di dalam otak tidak mendapatkan nikotin lagi. Gejala mulai terjadi beberapa jam setelah konsumsi rokok dihentikan atau dikurangi dosinya. Keadaan ini meningkat dalam 3-4 hari, kemudian Minimun setelah 1-3 pekan.
Gejala-gejala putus rokok yang dialami biasanya berupa ketagihan tembakau, mudah tersinggung, sensitif, dan marah. Ada perasaan cemas, gelisah, gangguan konsentrasi, tidak tenang, nyeri kepala, sering mengamuk, sulit tidur, gangguan pencernaan, nafsu makan yang besar, berkeringat, debar jantung, dan tekanan darah menurun. Gejala berupa perubahan nafsu makan dan sulit konsentrasi biasanya paling lama berakhir.
Untuk mengurangi gejala-gejala tersebut pasien biasanya dianjurkan untuk minum air putih atau cairan sedikitnya 8 gelas sehari. Tujuannya untuk membersihkan tubuh dari nikotin. Selain itu, pasien juga disarankan untuk melakukan aktivitas yang diharapkan bisa membantu mengalihkan pikiran-pikiran negatif yang timbul. Pemberian obat juga dianjurkan untuk mengurangi ketagihan nikotin.Selain upaya dari pasien sendiri, keluarga atau teman dekat pasien juga disarankan untuk memberi dukungan dan motivasi. Dukungan dari orang-orang terdekat ini dinilai penting karena pasien akan termotivasi untuk segera berhenti merokok demi orang-orang yang dicintainya.