Monday, May 18, 2020
Swamonitor, Hambat Komplikasi Diabetes
PENYAKIT diabetes yang telah menjadi pandemi dunia menyebabkan dampak sosio-ekonomi serius bagi setiap bangsa Karena itu, tidak mengherankan apabila pada 2006. PBB mengeluarkan resolusi No 61/225 yang menyatakan bahwa status penyakit diabetes saat ini tergolong pandemi global yang telah mengancam serius kesehatan dunia. Diabetes secara nyata telah menurunkan kualitas hidup, menyebabkan kecacatan yang bisa berujung pada kematian, dan pada akhirnya akan menaikkan biaya pelayanan kesehatan nasional.
Diabetes atau kependekan dan diabetes melitus, atau secara awam sering disebut kencing manis atau penyakit gula, adalah suatu kondisi gangguan metabolik yang ditandai tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) secara menahun (kronik). Diabetes disebabkan karena tubuh kekurangan insulin atau jumlah insulinnya cukup namun tidak mampu bekerja dengan baik. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas, berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah Seseorang didiagnosa menderita diabetes (diabetisi) apabila pada pemeriksaan kadar gula darah puasanya melebihi angka 126 mg/dL atau dalam dua kali berturut-turut pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan angkanya melebihi 200 mg/dL
Diabetes merusak banyak fungsi organ tubuh, dikarenakan mempunyai korelasi langsung dengan sirkulasi gula dan oksigen dalam darah, yang mana kedua zat ini merupakan bahan bakar utama untuk pembentukan energi bagi setiap sel tubuh. Karena itu diabetes merusak tatanan sistem metabolisme sel tubuh, sehingga pertumbuhan dan perkembangan sel, yang merupakan satuan terkecil dari organ, menjadi terganggu. Tak heran, komplikasi diabetes menjadi beragam, dan menyerang banyak organ vital tubuh.
Bagi kebanyakan penderita, diabetes tidak mengganggu kenyamanan hidup sampai munculnya komplikasi. Komplikasi inilah yang menimbulkan penderitaan berkepanjangan bagi diabetisi baik secara fisik maupun mental, yang bukan tidak mungkin bisa berujung pada kematian. , Monitoring
Sasaran dalam pengelolaan diabetes adalah menjaga kualitas hidup pasien sehingga bisa hidup senormal mungkin menghambat laju timbulnya komplikasi dan terakhir, mencegah kematian akibat diabetes. Diabetes adalah penyakit yang melekat seumur hidup, namun bukannya tidak bisa diatasi. Banyak penyandang diabetes bisa berumur panjang dan secara fisik tidak diketahui mengalami komplikasi sampai akhir hayatnya. Kuncinya, menjaga kadar gula darah senormal mungkin, selain tekanan darah dan kadar lemak darah. Jika semua terkontrol, obat-obatan tidak lagi diperlukan. Diabetes cukup dikelola dengan pengendalian makan dan melakukan aktivitas fisik yang sesuai.
Dalam manajemen diabetes dikenal prinsip 4 Sehat 5 Teratur1 yang terdiri 5 pilar tindakan, yaitu edukasi diabetes, aktivitas fisik, pengaturan makan (diet), mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter, dan swamonitor gula darah.
Menurut Hery Purwanto dari PT Roche, swamonitor gula darah memungkinkan pasien mengetahui kadar gula darah melalui sampel darah kapiler di ujung jari, bisa dilakukan secara cepat dan praktis menggunakan alat monitor gula darah (glukosameter) yang bersifat portabel sehingga mudah dipindahkan sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh alat monitor gula darah paling
terkemuka di dunia, yang diproduksi Roche bermerek Accu-Chek. yang juga beredar di Indonesia Karena kemampuannya yang bisa membaca hasil gula darah secara cepat (misalnya Accu-Chek 5 detik), maka glukosameter diandalkan untuk dapat memonitor target glikemik (nilai gula darah) secara agresif, mengevaluasi efektivitas pengelolaan gaya hidup termasuk makan dan olahraga serta mengatur dosis terapi pengobatan Hasil monitoring gula darah akan sangat berguna jika di-dokumentasikan (dicatat trend gulanya) lalu melaporkan hasilnya kepada dokter pada saat kunjungan agar dilakukan tindakan nyata dalam mengevaluasi pola pengobatan bagi pasien.
Namun demikian, tidak jarang dijumpai pasien yang telah melakukan swamonitor gula darah secara mtn di rumah, tetap gagal untuk mencapai target glikemik. Hal ini biasanya disebabkan ketidakdisiplinan dalam mencatat data hasil tes. dan juga ketidakmampuan dokter dalam memanfaatkan data profil glikemik pasien, untuk memberikan rekomendasi lalu memantau perkembangan diabetes secara konsisten.
Hery Purwanto menjelaskan, selain sebagai alat bantu untuk mencapai target glikemik, manfaat monitoring gula darah adalah membawa nilai edukasi bagi pasien untuk
memahami kondisi dia-betesnya dan mengi-denti-fkasi hal-hal yang bisa berdampak
bagi fluktuasi gula darah. Umpamanya untuk mengetahui dampak makanan, stres atau berolahraga secara teratur terhadap nilai gula darah, bisa dengan mudah diperoleh dengan mengoperasikan sendiri alat tersebut kapan pun diinginkan.
Peran alat monitor gula darah, yang pertama a1 ditemukan pada tahun 1970-an secara resmi telah diakui banyak asosiasi diabetes dunia. Banyak penelitian yang telah dipublikasikan menyebutkan peran positif swamonitor gula darah dalam menghambat laju komplikasi dan kematian akibat diabetes.
Di banyak negara berkembang seperti Indonesia, isu utama dalam memerangi diabetes adalah ktkrnarapuan pemerintah untuk membiayai "pengobatan diabetes untuk mayoritas penduduk. Secara khusus IDF menyebutkan bahwa swamonitor gula darah terbukti memberikan efektivitas biaya (cost-effectiveness) bagi pasien dibandingkan jika komplikasi sampai terjadi Penelitian yang dilakukan Ramsey (1999) menyebutkan bahwa biaya untuk diabetisi dengan komplikasi gagal ginjal adalah 3-4 kai lebih besar jika dibandingkan dengan diabetisi tanpa komplikasi. Sehingga fokus utama pengendalian biaya perawatan diabetes adalah berupaya semaksimal mungkin agar munculnya komplikasi ditunda atau bahkan tidak muncul sama sekat.
Swamonitor ditilik dari sisi efektivitas biaya, secara jangka panjang akan memberikan efek penghematan secara besar-besaran dalam biaya pengelolaan diabetes. Swamonitor gula darah telah diakui secara luas manfaatnya dalam pengelolaan diabetes yang terpadu Tak kurang berbagai asosiasi diabetes dunia telah menerbitkan petunjuk pelaksanaannya, termasuk International Diabetes Federation (IDF) di Eropa dan American Diabetes Association di AS. Namun seringkali pelaksanaannya terbentur pada persepsi yang menganggap bahwa .melakukan swamonitor gula darah adalah pemborosan anggaran, karena tidak melihat efeknya dalam jangka panjang. (Arief B)-m
Share this
Recommended
Disqus Comments