Wednesday, December 4, 2019

GOR-ku Sayang, GOR-ku Malang



SAHABATKU len, punya hobi yang unik yaitu belanja. Baginya, belanja ibarat obat sakit jiwa. "Belanja luh merupakan penyaluran penyakit jiwa Jadi kalau gue nggak shopping dua hari aja. kepala gue jadi pusing, mual, sesak napas, dll." begitu kata len setiap kali aku tegur soal kebiasaan borosnya itu.

Sebagai seorang shopalcoholicsejati, len pasti senang bila mendengar bakal dibangun mal baru di Lampung. Buatnya, mal adalah surga di mana ia bisa mendapatkan semua yang diinginkan, meski sebulan kemudian kepalanya tambah pusing lantaran tagihan kartu kredit yang membengkak. Tapi, tidak semua kehadiran mal baru di Lampung bisa membual hati si keriting len senang Sebaliknya, rencana Pemprov menggusur GOR Saburai yang rencananya akan dibangun menjadi mal oleh pihak ketiga, justru membual ten bercucuran air mata.

"Hu.hu.hu... kenapa musti GOR Saburai yang digusur Gue kan punya kenangan indah di sana sama mantan pacar gue Kita suka hang out bareng sama temen-temen sambil makan ketoprak di sana. Gue juga ingel gimana dulu pacar gue mati-matian nolongin gue supaya nogaMe/n/e*-fn/e)Ewaktu kila ngantri masuk konser Sheila on Seven. Kenapa sih musti digusur. Bikin mainya kan bisa ditempat lain?" tanya len kepadaku lewat telepon. Bukan cuma len yang punya kenangan di GOR Saburai itu. Aku, om, tante, kakek, nenek dan jutaan masyarakat Lampung |uga punya kenangan indah di sana. Aku jad ingat, waktu aku kecil (sekitar tahun 80-an) papa dan mamaku pernah mengajakku ke GOR Saburai untuk nonton penamplan artis-arts Jakarta kayakM dan lyul Bmg Slamet serta pelawak Jojon. Dan kalau Lebaran bba, lapangan parkir Korem yang berada di samping GOR Saburai menjadi tempal kami dan ribuan umat Islam lainnya untuk melakukan salat id. Alasannya, sehabis salat, kita bisa ketemu sama gubernur dan petinggi daerah ini.

GOR Saburai dan dua lapangan yang mengapitnya memang sudah menjadi landmark Bandar Lampung. Tak hanya menyimpan nilai historis, kawasan im juga menjadi satu-satu ruang publik yang berada d pusat kota. Sebagai mang publik di pusat kola, GOR berfungsi sebagai tempat bertemu, berinteraksi dan bersilaturahmi, menjadi simbol tempal dan identitas kota, melindungi fungsi ekologis kawasan, menyediakan cahaya dan sirkulasi bangunan sekitar


GOR Saburai juga menjadi tempat warga kola menghirup udara segar dan menyegarkan pandangan. Sarana penghubung antara suatu tempat dan tempal lain, menunggu, peralihan (transit) dan dapat dimanfaatkan sebagai kawasan cadangan dan pasar kaget bagi pedagang kaki lima. Jika DPRD Lampung menyetujui usulan Pemprov yang akan meruilslag GOR Saburai dengan 10 hektar lahan d Kemiling, menurutku, itu sama saja dewan mengabaikan kepentingan rakyat. Pengalihan fungsi publik ke komersial merupakan perampasan jiwa dan kota dan hak warga kota karena fungsi sosialnya jelas akan hilang. Terlebih kawasan itu begitu banyak menyimpan nilai historis.

Selain itu, pengalihan kawasan Enggal, yaitu GOR Saburai dan Pasar Seni Enggal menjadi kawasan kepentingan kalangan tertentu, merupakan sikap pengabaian pemerintah terhadap peraturan tata ruang kota Dalam UU Tata Ruang No. 26 Tahun 2007, mensyaratkan suatu kota harus menyediakan 30% untuk tempat terbuka, minimal 20% mang terbuka publik, sebagai tempat yang dapat diakses siapa pun dan kegiatan apa pun. Dengan berbagai alasan mi, sudah saatnya DPRO Lampung mempertimbangkan masak-masak sebelum memulusan "setuju" atasa usulan ruilslag itu. Demi masyarakat Lampung, tentunya. nmm iw nm
Disqus Comments