Monday, May 4, 2020

Dari Usaha Bordir ke Percetakan




Siang itu. tidak ada yang spesial di CV Mutiara, yang berlokasi di JL. Raya Widang -Tuban, Suiabaya., sebelum rombongan pengurus KAN Lubuk Kilangan. Di satu ruangan ada belasan pegawai yang tengah menjahit dao mengoperasikan mesin bordir. Di ruangan lainnya, ada puluhan pegawai yang (cngali melipat, mcnjilid buku sekolah dan menjalankan mesin cetak.

"Beginilah rutinitas kami setiap harinya. Saya memantau jalannya usaha konveksi dan bordir, sementara suami saya, mensupervisi jalannya usaha percetakan." tutur Mutiara,4l saal kunjungan pengurus KN Lubuk Kilangan, staf PT. Semen Padang dan pendamping merekadari divisi Bina Lingkungan dan Usaha. PT Semen Gresik, (29/1) lalu.

Kunjungan itu bermakna tersendiri bagi Mutiara dan suaminya Amat.51. Ada kebanggaan dan rasa sukur terpancar dari matanya. Bagaimana tidak, kalau biasanya ia hanya dikunjungi oleh staf PT SG saja, kali ini iadijambangi Masyarakat dari pulau lain yang bisa jadi adalah konsumen usaha konveksinya. Bahkan, ia juga dijadikan contoh suksesnya usaha rumahan hasil dampingan PT. SG

Mutiara masih ingat bagaimana usahanya itu berawal. Mutiara memulai usahnya bermula dari sebuah mesin jahit dan kctcrampilannya membordir. ditahun 1984 silam. Kala itu ruang lingkup usahanya sangat terbatas.

Beruntung di saat itu divisi Bina Lingkungan dan Usaha. PT SG mendatangi dan menawarkan bantuan memberi pinjaman lunak sebesar Rp 15 juta.

"Awal-awal itu memang masa merintis usaha. Dan usaha yang dimodali sekian bisa berkembang dan membutuhkan penambahan modal untuk pengembangan lebih." buka Mutiara.

Menurut wanita tamatan pondok pesantren, setingkat sekolah menengah atas itu, hingga usahanya berkembang saal ini sudah empat kali ia mendapat pinjaman lunak. Pinjaman pertama sebanyak Rp 15 juta, kedua Rp 30 juta, ketiga Rp 45 juta dan terakhir untuk usaha percetakan Rp 75 juta.

Dengan bunga pinjaman yang berkisar 6 persen, Mutiara berhasil menunjukkan kalau bantuan itu tidak sia-sia. Buktinya, dengan pembelian bahan konveksi sebanyak 3 ton per buliin (namun sekarang berkurang hingga 15 ton karena inflasi), Mutiara berhasil meraup omzet hampir Rp 5 miliar per bulan.

Yang menarik dari pesatnya perkembangan usaha Mutiara adalah karena kesunggiihannya selalu memperkaya pengetahuandan sumber day any a. Kalau dulu ia memanfaatkan bordir manual, sekarang sudah menggunakan mesin bordir berteknologi komputer.

"Bantuan dari perusahaan tidak hanya berupa modal saja, tapi mereka juga membekali dengan mengadakan pelatihan dalam bidang manajemen dan promosi. Tidak hanya itu, perusahaan juga memakai produk kami jika kebetulan mereka butuh," beber Mutiara.

Lain halnya dengan istrinya yang lebih fokus ke bidang konveksi. Amat justru berminat di bidang percetakan. Cuma sama halnya dengan istrinya. Amat pun mulai dari kemampuan dan minatnya. Artinya, ia memulai usaha terlebih dulu, dan ketika butuh modal yang lebih besar baru diajukanlah proposal ke PT.SG

Meski sudah cukup berkembang, usaha yang baru dirintis-nya sejak setahun silam itu telah memberikan omzet sekitar Rp 100 juta setiap bulannya. "Meski demikian, kila sebenarnya masih (etap butuh pendampingan lain berupa kunjungan belajar ke tempat lain. Hal ini akan membuka wawasan kita bagaimana pengusaha sukses lainnya bisa mempertahankan bisnis mereka," hamp Amat."
Disqus Comments